logo Kompas.id
HumanioraKetika Peneliti Memilih Pulang...
Iklan

Ketika Peneliti Memilih Pulang Kampung

Kebijakan BRIN membebaskan peneliti untuk memilih tempat kerja menjadi buah simalakama. Para peneliti meninggalkan daerah yang membutuhkan mereka, menyebabkan terjadinya ”brain drain”, sebagaimana terjadi di Papua.

Oleh
AHMAD ARIF
· 1 menit baca
Kebun benih dan <i>entres</i> yang dikembangkan Kelompok Tani Karya Tani, Kampung Nawa Mulya, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, dengan bimbingan para peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua. Namun, proyek ini sekarang terhenti setelah para peneliti BPTP Papua yang bergabung dengan BRIN memilih pulang kampung ke Jawa. Dokumentasi Kelompok Tani Karya Tani.
DOKUMENTASI KELOMPOK TANI KARYA TANI

Kebun benih dan entres yang dikembangkan Kelompok Tani Karya Tani, Kampung Nawa Mulya, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, dengan bimbingan para peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua. Namun, proyek ini sekarang terhenti setelah para peneliti BPTP Papua yang bergabung dengan BRIN memilih pulang kampung ke Jawa. Dokumentasi Kelompok Tani Karya Tani.

Setelah hampir dua tahun petani di Kelompok Tani Karya Tani, Kampung Nawa Mulya, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Papua, belajar membuat bibit kakao unggul dengan bimbingan para peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua, tiba-tiba mereka ditinggalkan. Para petani itu kini harus berjuang sendiri untuk mengurus kebun benih dan kebun entres itu karena para peneliti telah pulang kampung, rata-rata ke Jawa, untuk bergabung dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

”Sekarang mimpi kami punya bibit kakao unggul jadi sulit rasanya. Su trada (sudah tidak ada) lagi peneliti yang mendampingi. Mereka pulang ke Jawa. Kami coba-coba saja sendiri,” kata Kusnan (48), anggota Kelompok Tani Karya Tani.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan