Transpuan Sulit Mengakses Pendidikan karena Diskriminasi
Ketua Sanggar Waria Remaja Kanzha Vinaa adalah penyintas kekerasan yang dialami sejak belia. Kekerasan itu membuatnya putus sekolah. Namun, kini sanggarnya menyediakan pendidikan alternatif untuk transpuan.
JAKARTA, KOMPAS β Sebagian transpuan kesulitan belajar di sekolah karena menerima diskriminasi dari berbagai pihak. Akibatnya, mereka putus sekolah dan tidak memiliki cukup bekal untuk bersaing di dunia kerja saat dewasa.
Penelitian Arus Pelangi pada 2013 mencatat, 35 persen kasus kekerasan dialami transpuan. Menurut laporan Jalan Panjang untuk Penerimaan; Analisis Situasi Transpuan di Indonesia yang dipublikasi Sanggar Waria Remaja (Swara) pada 2020, diskriminasi terhadap transpuan merupakan dampak dari ekspresi fisik atau jender mereka yang dianggap tidak sesuai dengan jenis kelamin mereka. Hal ini dinilai menyimpang.