logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊKiprah Bunda Hendrika dan...
Iklan

Kiprah Bunda Hendrika dan Dedikasi Ibu Jessica

Penerimaan dan dukungan dari orang terdekat akan mampu menjadikan transpuan berdaya serta berkontribusi bagi masyarakat. Sebaliknya, stigmatisasi dan diskriminasi justru akan menghancurkan mereka.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
Β· 1 menit baca
Koordinator Komunitas Fajar Sikka, Bunda Hendrika Mayora (kanan), menyerahkan bantuan bahan pokok dari anggota kepada warga kurang mampu di Maumere, Sikka, NTT. Keterlibatan transpuan di Sikka dan Flores Timur dalam kegiatan sosial kemasyarakatan membuktikan bahwa transpuan pun setara dengan kelompok masyarakat lain. Mereka ingin dihargai dan diakui di masyarakat.
DOKUMEN KOMUNITAS FAJAR SIKKA

Koordinator Komunitas Fajar Sikka, Bunda Hendrika Mayora (kanan), menyerahkan bantuan bahan pokok dari anggota kepada warga kurang mampu di Maumere, Sikka, NTT. Keterlibatan transpuan di Sikka dan Flores Timur dalam kegiatan sosial kemasyarakatan membuktikan bahwa transpuan pun setara dengan kelompok masyarakat lain. Mereka ingin dihargai dan diakui di masyarakat.

Kelompok transjender di Nusa Tenggara Timur terus berjuang menegaskan keberadaan mereka sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Upaya itu makin terang menggaet perhatian dan kepercayaan. Dedikasi, disiplin, dan tanggung jawab mereka di masyarakat semakin diakui.

Matahari beranjak naik di balik bukit Desa Hebi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sinar lembut pagi itu memantul masuk di celah jendela rumah Bunda Hendrika Mayora (34), seorang transpuan di Sikka.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan