Budaya
Transpuan, Penjaga Peradaban
Sejumlah suku di Nusantara sejatinya mampu menerima dan menghargai keberadaan transpuan. Namun, hadirnya nilai dan norma baru membuat peran transpuan itu makin terpinggirkan dan ditinggalkan.

Komunitas bissu bersiap menampilkan tari Sere Bissu Maggiri' di sebuah hajatan pernikahan di Soppeng, Sulawesi Selatan, Minggu (17/7/2022).
Transpuan bukanlah hal baru atau pengaruh budaya Barat. Masyarakat Bugis dan Jawa kuno memandang transpuan sebagai penghubung dunia magis, antara alam dewa dan alam manusia. Kini, transpuan justru tersisih. Kuatnya stigmatisasi membuat mereka makin terdiskriminasi. Padahal, mereka adalah benteng penjaga peradaban.
Hari masih pagi, Minggu (17/7/2022). Bissu Ancu yang juga disebut Bissu Angel sudah siap dengan pakaian kebesarannya. Sebagai pemimpin, dia memakai baju bodo panjang hitam yang dipadu dengan celana panjang, sarung, dan passapu (penutup kepala). Riasan wajah tak seberapa tebal. Sejumlah perhiasan pelengkap terpasang, termasuk sebilah keris di perut.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 5 dengan judul "Transpuan, Penjaga Peradaban".
Baca Epaper Kompas