logo Kompas.id
โ€บ
Humanioraโ€บRepotnya Menyalurkan Bantuan...
Iklan

Repotnya Menyalurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Tengah Pandemi

Tidak mudah menyalurkan bantuan untuk korban gempa, longsor, banjir, dan erupsi gunung berapi di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang belum terkendali.

Oleh
Budi Suwarna
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/m-535IDSlqt2iHo-dm0aAziJ_CA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F9da4de85-a891-48a4-a89d-56a301e9f85e_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto udara tenda pengungsian korban gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo di luar Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (16/1/2021) malam. Penyintas membutuhkan makanan atau bahan makanan karena persediaan mereka sudah menipis. Sejauh ini, bantuan kebanyakan berasal dari perorangan dan distribusinya bersifat sporadis.

Di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19, para sukarelawan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) tetap bergerak untuk menyalurkan bantuan dari pembaca Kompas. Dalam situasi seperti ini, proses penyaluran bantuan menjadi jauh lebih menantang karena harus mempertimbangkan pandemi.

Akhir November 2020, Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, erupsi. Kolom abu vulkanik membubung sekitar 200 meter di atas puncak gunung pada Kamis (3/12/2020). Peristiwa itu memaksa lebih dari 7.000 warga yang tinggal di sekitar zona bahaya mengungsi. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lembata pada 2 Desember 2020, pengungsi tersebar di 20 pos penampungan dan rumah-rumah penduduk.

Editor:
Maria Susy Berindra
Bagikan