logo Kompas.id
β€Ί
Hiburanβ€ΊGoresan Kebebasan Seniman...
Iklan

Goresan Kebebasan Seniman Grafiti

Grafiti punya sejarah panjang sebagai luapan ekspresi publik. Kadang ia dianggap informatif, kadang vandal. Walakin, sebagian orang meyakini grafiti adalah seni yang layak dapat ruang.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
Seorang seniman grafiti atau "writer" membuat karyanya pada festival seni grafiti tahunan, King Royal Pride, di kawasan Sunter, Jakarta Utara pada Sabtu (16/9/2023). Festival ini berlangsung pada 9-10 September 2023 dan 16-17 September 2023. Pada 9-10 September 2023, para seniman menggambar serempak di 85 tembok besar di 85 kota Indonesia. Menggambar serempak juga diadakan di Taiwan dan Singapura. Sementara pada 16-17 September 2023, para seniman perwakilan dari sejumlah kota dan negara hadir untuk menggambar di Jakarta. Para seniman antara lain dari Jambi, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Jerman, Taiwan, Singapura, dan Amerika Serikat.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang seniman grafiti atau "writer" membuat karyanya pada festival seni grafiti tahunan, King Royal Pride, di kawasan Sunter, Jakarta Utara pada Sabtu (16/9/2023). Festival ini berlangsung pada 9-10 September 2023 dan 16-17 September 2023. Pada 9-10 September 2023, para seniman menggambar serempak di 85 tembok besar di 85 kota Indonesia. Menggambar serempak juga diadakan di Taiwan dan Singapura. Sementara pada 16-17 September 2023, para seniman perwakilan dari sejumlah kota dan negara hadir untuk menggambar di Jakarta. Para seniman antara lain dari Jambi, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Jerman, Taiwan, Singapura, dan Amerika Serikat.

Campuran aroma tembakau bakar dan cat menyatu, mengiringi para seniman grafiti yang telaten menggambari tembok dengan cat semprot hingga berkeringat. Sapuan cat mereka warna-warni. Gambarnya pun beragam. Bagi mereka, grafiti tak ubahnya ekspresi seni yang sarat kebebasan.

Suasana sebuah bangunan gudang di kawasan Sunter, Jakarta Utara pada Sabtu (16/9/2023) sore sudah seperti studio seni. Kaleng-kaleng cat semprot, perancah, hingga puluhan grafiti setengah jadi terhampar di sana. Sementara itu, puluhan writers (sebutan buat seniman grafiti) sibuk menyelesaikan karyanya sampai bermandikan peluh.

Editor:
BUDI SUWARNA
Bagikan