Seni Rupa, Kembali ke Haribaan Warna Lokal
Memang proses melukis tidak sesederhana biasanya, karena kita sibuk juga mengolah material menjadi warna. Selain itu, pekerjaan harus cepat. Kalau tidak, menurunkan dasar alias rusak,
Ketika seni rupa Barat tak lagi menjanjikan perkembangan yang signifikan, sebagaimana dipelajari secara akademis di kampus-kampus, pilihan lainnya kembali kepada tradisi. Sejumlah perupa Bali mencoba menelusur kembali akar tradisi pembuatan kertas ulantaga yang sampai sekarang digunakan dalam ritual ngaben. Kertas dari kayu daluang itu kemudian dipadukan dengan warna-warna yang diolah dari bahan lokal.
Pameran Warna Bali: Warna Alami Bali Dalam Seni Kontemporer, 15 Oktober β 15 November 2022 di Gala Rupa Balinesia Art Space, Kuta, berhasrat besar menemukan jalan untuk mengangkat tradisi. Perupa Osbert Lyman menginisiasi sebuah proyek seni berbasis pada warna asli Bali. Ia kemudian mengundang para perupa seperti Nyoman Erawan, Chusin Setiadikara, Polenk Rediasa, Agung Mangu Putra, Djaja Tjandra Kirana, I Ketut Suwidiarta, I Made Griyawan, I Made Wiradana, I Wayan Redika, I Wayan Suja, I Wayan Sujana Suklu, Ni Nyoman Sani, dan Dewa Gede Ratayoga.