Iklan
Teater, Atraksi Visual, Bebunyian, dan Kata
Audiens ”Under the Volcano” tenggelam dalam interpretasinya masing-masing. Personifikasi, hiperbola, alegori, atau metafora dengan bebas berputar dalam benak. Ibarat lukisan abstrak, setiap penonton bebas menafsirkannya.
Pertunjukan Under the Volcano tak banyak mengumbar verbalisasi, tetapi audiensnya justru dibebaskan dari belenggu dialog yang infleksibel. Penonton diperkenalkan dengan syair masa lampau sarat kemanusiaan yang tetap aktual dan kaya nilai sejarah.
Kehidupan semula berlangsung damai. Pasar diramaikan teriakan penjual yang menawarkan dagangannya, ibu renta membawa piring, perempuan muda melintas dengan payung, dan sejumlah pria lincah menari-nari. Gunung Krakatau yang melatari keharmonisan warga tampak tenang.