Jejak Idealisme Boeng Usmar
Melengkapi kutipan-kutipan dan patung itu, ada lini masa Usmar Ismail, arsip, artefak produksi film, serta film-film karya Usmar Ismail. Ini semua ditampilkan di pameran seni Boeng Usmar Ismail dalam Sinema Indonesia.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F22%2F6bf0f26d-7ffa-41c5-9f7d-0a76524a24bd_jpg.jpg)
Patung Usmar Ismail dalam pameran bertajuk Boeng Usmar Ismail dalam Sinema Indonesia yang berlangsung di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (22/4/2022).
Ada sesuatu yang menggetarkan tatkala menatap patung sedada Usmar Ismail (1921–1971). Dalam rentang 21 tahun antara 1949 sampai 1970, Bapak Perfilman Indonesia kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, ini tercatat membuat 41 film panjang.
Tulisan di dinding di belakang patung itu pun tak kalah menggetarkan. ”Kita harus menggunakan medium film untuk membangun negeri ini, dan kita harus menggunakannya dengan cara yang benar.” Di bawahnya tertulis nama Asrul Sani (1927–2004).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 11 dengan judul "Jejak Idealisme Boeng Usmar".
Baca Epaper Kompas