logo Kompas.id
Hiburan”Station Eleven”, Eskapisme...
Iklan

”Station Eleven”, Eskapisme Sastra di Dunia Baru

Miniseri ”Stasion Eleven” yang menggunakan alur maju mundur ini mengupas strategi manusia tetap hidup sambil menggali makna hidup dengan sukacita. Seni, terutama sastra, memegang peran penting di dalam proses tersebut.

Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/YVD7uzdXTLGxAhEF2KlYPTI9C6M=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2FHBO-GO-Station-Eleven-Mackenzie-Davis_1638768374.jpg
HBO GO

Cuplikan adegan dalam miniseri fiksi terbaru HBO, ”Station Eleven”, yang diproduksi berdasarkan novel berjudul sama karya Emily St John Mandel. ”Station Eleven” menceritakan kondisi dunia dua dekade setelah pandemi Flu Georgia meruntuhkan peradaban dunia.

Bagaimana nasib dunia setelah dihantam pandemi mematikan? Jawaban terburuknya adalah kehancuran manusia dan peradaban modern. Miniseri terbaru HBO, Station Eleven, mengulik sekelompok seniman penyintas pandemi yang mengenang dan membayangkan dunia kembali dengan merayakan karya Shakespeare.

Cerita pasca-apokaliptik fiksi ini bertempat di Toronto, Kanada. Aktris cilik Kirsten Raymonde (diperankan Matilda Lawler) berkenalan dengan seorang penonton, Jeevan Chaudhary (Himesh Patel), setelah pementasan King Lear di sebuah teater. Perkenalan itu terjadi setelah aktor utama Arthur Leander (Gael García Bernal) tiba-tiba meninggal di atas panggung.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan