Laku Kosmik Tubuh Mandala
Ketiga karya ini menggunakan bahasa virtual sebagai basis mengembangkan gagasan dan kalau dimungkinkan mengejar realitas tubuh sebagai kenyataan kosmologis.
Di tengah percepatan perubahan lanskap kultural, tubuh bisa menjadi sosok asing yang sama sekali tidak terkoneksi dengan realitas. Disrupsi digital telah menggiring manusia memasuki ruang-ruang maya, yang dalam istilah Baudrillard hanyalah berupa simulacrum. Sesuatu yang dibangun oleh partikel-partikel energi dan disimulasikan sebagai peristiwa yang seolah nyata.
Ketika Indonesian Dance Festival (IDF) meluncurkan platform Layar Terkembang di dunia digital dalam rangka menyongsong 30 tahun gelaran festival itu tahun 2022, terasa benar ada upaya ”menjawab” tantangan zaman di tengah kecamuk pandemi Covid-19. Tiga koreografer terpilih, Retno Sulistyorini, Fitri Setyaningsih, dan Otniel Tasman, diberi tantangan untuk merespons situs dunia Borobudur sebagai ”tubuh” mandala. Retno kemudian menampilkan karya bertajuk ”Selapan”, Fitri mengeksplorasi ”Watu Gamping”, dan Otniel dengan ”0-Excelsior” (Part 1). Karya-karya mereka telah ditayangkan lewat kanal Youtube IDF pada 26-28 November 2021.