logo Kompas.id
β€Ί
Hiburanβ€ΊSepenggal Wajah Rock Negeri...
Iklan

Sepenggal Wajah Rock Negeri Ini

Meski tidak selalu jernih, perjalanan industri rock di Indonesia bisa jadi cermin untuk melihat sepenggal wajah Indonesia.

Oleh
Herlambang Jaluardi dan Budi Suwarna
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/7mCIaFUsK9iUxvVlWNPZjjYrmIw=/1024x594/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2FBW-19750526-27-MTF025_OK_1629550489.jpg
KOMPAS/JB SURATNO

Aksi Achmad Albar dan Ian Antono (God Bless) di panggung terbuka Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (24/5/1975).

Industri rock Indonesia berjalan seiring manis-getirnya dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Boleh dikata, rock adalah cermin yang bisa dipakai untuk melihat sepenggal wajah negeri ini.

Awal 1960-an, Heriyanto masih sering mendapatkan kiriman piringan hitam mini berisi lagu-lagu rock Barat terbaru dari pamannya yang bekerja sebagai diplomat di Beirut, Lebanon. Lewat piringan hitam itulah Heri mengikuti perkembangan band-band rock Barat. Namun, pada 1964 kiriman piringan hitam dari pamannya terhenti seiring kian runcingnya perseteruan Presiden Soekarno dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris.

Editor:
dahonofitrianto
Bagikan