logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊBoleh Dramatisasi, asal...
Iklan

Boleh Dramatisasi, asal...

Realitas dan layar lebar memang dua medan yang berbeda, termasuk soal autisme. Distorsi tokoh autis saat dipanggungkan pun tak terelakkan, tetapi bukannya kebablasan. Sineas-sineas tetap berkreasi dalam koridor.

Oleh
RIANA A IBRAHIM, DWI BAYU RADIUS
Β· 1 menit baca
Salah satu adegan <i>Miracle in Cell No. 7.</i>
ARSIP FALCON PICTURES

Salah satu adegan Miracle in Cell No. 7.

Realitas dan gambaran di layar lebar memang dua medan yang berbeda, termasuk soal autisme. Distorsi tokoh autis saat dipanggungkan kadang tak terelakkan, tetapi bukannya kebablasan. Sineas-sineas tetap berkreasi dalam koridor yang jelas dengan melibatkan pakar seraya tetap mengetuk kesadaran penonton.

Berbaju garis-garis dengan paduan celana pendek bermotif dan suspender, Andromeda (Fico Fachriza) berteriak dan mengentak-entakkan kaki tak karuan setelah sang ibu memaksanya untuk meninggalkan panggung musik. Tanpa sadar, ia juga mendorong orang-orang dan menimbulkan kekacauan di sekitar.

Editor:
DAHONO FITRIANTO, MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan