logo Kompas.id
Gaya HidupTali Persaudaraan Jangan ”Mati...
Iklan

Tali Persaudaraan Jangan ”Mati Obor”

Hari-hari di awal bulan Syawal, acara Lebaran trah menjadi agenda utama banyak keluarga. Mereka berasal dari trah atau keturunan yang sama mengingat kembali asal-usul sambil ”menghubungkan kembali tulang berserakan”.

Oleh
HERLAMBANG JALUARDI, BUDI SUWARNA, RIANA A IBRAHIM, NAWA TUNGGAL, HERU SRI KUMORO
· 1 menit baca
Foto bersama menjadi hal yang tidak terlewatkan saat kumpul keluarga besar atau trah saat momen hari raya Idul Fitri, seperti yang dilakukan trah Bani Syahidi di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Minggu (23/4/2023). Kumpul trah menjadi salah satu tradisi yang banyak dilakukan masyarakat saat momen Idul Fitri.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Foto bersama menjadi hal yang tidak terlewatkan saat kumpul keluarga besar atau trah saat momen hari raya Idul Fitri, seperti yang dilakukan trah Bani Syahidi di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Minggu (23/4/2023). Kumpul trah menjadi salah satu tradisi yang banyak dilakukan masyarakat saat momen Idul Fitri.

Mumpung banyak yang mudik Lebaran, keluarga besar mengadakan acara kumpul-kumpul yang lazim disebut Lebaran trah. Ini adalah momen untuk saling mengenal sanak saudara dari garis eyang atau buyut yang sama. Namanya kumpul keluarga, urusan esensial sampai remah-temeh dibincangkan juga. Tapi, suasana riang jauh lebih terasa.

”Aku malas ditanya-tanya soal istri. Cuma beberapa orang di keluarga besar saja yang tahu kami sudah bercerai,” kata pemuda berumur 30-an tahun itu. Dia sebenarnya enggan datang ke acara itu. Tetapi, dia menghormati kebiasaan Lebaran keluarga sang ibu. Ayahnya meninggal dunia awal tahun ini.

Editor:
MARIA SUSY BERINDRA
Bagikan