Ramadhan
Demi Berbuka bersama Keluarga
Setiap petang, pekerja berduyun-duyun menempuh jarak jauh, mengarungi kemacetan, atau berimpitan dalam transportasi umum. Mereka punya pikiran yang sama, tiba di rumah untuk mengecap kebahagiaan berbuka bersama keluarga.
![Asep Hendrawan pulang dengan menumpang bus dari Serang menuju Tangerang, Banten, Kamis (30/3/2023).](https://assetd.kompas.id/COOzqm2ip1AfLDIzt5sl0eL6XAE=/1024x769/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F31%2F942d0ab7-4611-403d-aab4-f7f4a28d1406_jpg.jpg)
Asep Hendrawan pulang dengan menumpang bus dari Serang menuju Tangerang, Banten, Kamis (30/3/2023).
Berbuka puasa bukan cuma urusan makan dan minum. Bagi pekerja di perkotaan, bisa berbuka bareng keluarga di rumah adalah anugerah. Masalahnya, pulang dengan moda transportasi apa pun setiap petang adalah kekusutan tersendiri. Bisa jadi ini cermin kusam penghubung sentral geliat profesi di kota dan permukiman di wilayah pinggiran. Pulang ke rumah adalah perjuangan.
Asep Hendrawan (35) menatap kaca mobil dinasnya dengan gelisah. Jalan terhalang kendaraan derek besar yang tengah mengangkat truk terperosok. ”Katanya bisa delapan jam baru kelar. Sudah pasti enggak bisa buka bareng keluarga,” katanya, Kamis (30/3/2023).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Demi Berbuka bersama Keluarga".
Baca Epaper Kompas