logo Kompas.id
Gaya HidupNFT dan Seni Merawat Keguyuban
Iklan

NFT dan Seni Merawat Keguyuban

Manusia berwujud avatar di jagat maya membentuk masyarakatnya sendiri, mata uang sendiri, dan produk dagangan sendiri. Namun, mereka tetaplah manusia. Bahu-membahu berlaku di jagat mana pun.

Oleh
HERLAMBANG JALUARDI, NAWA TUNGGAL
· 1 menit baca
Rhesa Aditya dan Endah Widiastuti menunjukkan karya berwujud digital yang dijual di lokapasar <i>non-fungible token </i>(NFT). Duo Endah N Rhesa ini memasarkan produk berupa ilustrasi dari interpretasi lagu mereka, fotografi, dan juga animasi sampul album berlatar musik di rantai blok Tezos. NFT menjadi medium baru bagi mereka menyebarkan karya musik dan selingkungnya. Foto diambil pada Jumat (17/6/2022) di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI

Rhesa Aditya dan Endah Widiastuti menunjukkan karya berwujud digital yang dijual di lokapasar non-fungible token (NFT). Duo Endah N Rhesa ini memasarkan produk berupa ilustrasi dari interpretasi lagu mereka, fotografi, dan juga animasi sampul album berlatar musik di rantai blok Tezos. NFT menjadi medium baru bagi mereka menyebarkan karya musik dan selingkungnya. Foto diambil pada Jumat (17/6/2022) di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

Mata uang kripto dan produk NFT di semesta maya membentuk masyarakatnya sendiri. Tak berbeda dengan kehidupan di dunia nyata, ”para makhluk” yang diwakili wujud avatar ini bahu-membahu menyokong satu sama lain. Relasi sosial di tanah dan di internet sama saja. Guyub.

Pasangan Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya tak sungkan-sungkan menunjukkan ”kekayaan” mereka di dompet (wallet) kripto-nya. ”Harta” mereka pada Jumat (17/6/2022) malam itu setara dengan 38 dollar AS. Itu didapat dari berjualan aneka produk digital berwujud NFT di lokapasar Objkt dalam rantai blok (blockchain) Tezos.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan