logo Kompas.id
Gaya HidupSiapa yang ”Nyuruh”?
Iklan

Siapa yang ”Nyuruh”?

Mengapa otak saya tak menyarankan saya bekerja untuk menikmati hidup, mengapa yang diajukan itu kekhawatirannya, bukan kegembiraan di balik bekerja? Sehingga bekerja tidak membuat saya terbeban karena punya tanggungan.

Oleh
Samuel Mulia
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/BcTg825Nu6Wd7jotUU8ifuStzUs=/1024x1381/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2FParodi-16-Januari-2022_1642246656.jpg

Satu hari saya bercakap-cakap secara virtual dengan teman saya yang sepertinya seumuran. Saya mengatakan seumuran hanya asumsi semata. Seorang laki-laki yang pandai, yang pengetahuannya luar biasa, dan mengingatkan saya selalu kepada ayah saya.

Seorang suami dengan satu istri dan satu putri. Obrolan kami seperti biasa, ke mana-mana. Sampai saat ia berkomentar mengenai satu unggahan saya. Begini ia berkomentar, ”Makin panjang hidup, makin panjang sengsaranya.”

Editor:
Dahono Fitrianto
Bagikan