Investasi di Bidang Film
Penggunaan film bermutu di satuan pendidikan akan memupuk kebiasaan menonton dan memahami film lebih dari sekadar hiburan di waktu senggang.
Membaca rangkaian tulisan Lisabona Rahman, Ifa Ifansyah, dan Meiske Taurisia yang dimuat berturut-turut di harian ini saya teringat tulisan lama Sjumandjaja dari tahun 1977. Judulnya menggelegar: ”Di Tangan Borjuis Kelontong, Film Hanya Barang Dagangan.” Dalam tulisan itu ada satu pernyataan yang sangat penting dan relevan dengan kondisi kita sekarang, yaitu bahwa di Indonesia ”investasi di bidang film tidak ada”. Pernyataan yang separuh benar tapi tetap relevan.
Dalam tulisan ini saya ingin membahas apa yang sudah, sedang, dan masih perlu dilakukan terkait investasi di bidang film, sekaligus menanggapi ketiga tulisan yang saya sebutkan di awal. Investasi yang dimaksud di sini bukan hanya pembiayaan satu atau dua proyek film, tapi investasi di bidang film secara keseluruhan, dari hulu sampai hilir, dari penciptaan sampai distribusi dan ekshibisi film. Atau dalam bahasa yang belakangan sering dipakai: ekosistem film.