logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊHamperku Pengganti Hadirku
Iklan

Hamperku Pengganti Hadirku

Hamper disusupi makna baru di kalangan masyarakat urban. Hamper tak hanya dimaknai sebagai bingkisan, tapi simbol kehadiran seseorang dalam silaturahmi yang terdisrupsi pandemi.

Oleh
Dwi As Setianingsih
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1Kp0RAGTdsl-peke7VDs5PrO49M=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F6236c9d7-9df8-4290-850b-7ed38620f3c8_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Ria membuat hantaran (hampers) untuk lebaran di sebuah industri kecil pembuatan makanan ringan di Pisangan, Tangeran Selatan, Banten, Sabtu (24/4/2021). Permintaan hantaran lebaran meningkat lima kali lipat dibanding hari biasa. Satu paket hantaran dijual mulai 50.000 hingga Rp 500.000 tergantung isiannya.

Tren berkirim bingkisan atau hamper meledak selama Lebaran dua tahun terakhir ini. Apa pemicunya? Rupanya, hamper kini dijadikan simbol kehadiran masyarakat urban saat kehangatan silaturahmi secara fisik dibatasi oleh pandemi.

Lebaran tahun ini, Sri (36), warga Ciputat, Tangerang Selatan, Banten sibuk berbalas hamper di ujung Ramadhan. Ketika ditemui Selasa (11/5/2021) siang di rumahnya, ia menunjukkan kiriman hamper berisi makanan yang memenuhi meja makannya dari sejumlah teman dan tetangganya. Ada pempek, lupis montok dalam kardus mungil, beberapa toples kue kering yang menggemaskan, emping, keripik pisang, dan satu dus roti coklat rumahan.

Editor:
budisuwarna
Bagikan