logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊMeminimalkan Candu Selancar...
Iklan

Meminimalkan Candu Selancar Gawai

Harus ada perubahan cara pandang dari upaya pembatasan atau pelarangan penggunaan gawai menjadi bagaimana memanfaatkan gawai untuk hal yang positif.

Oleh
Fransisca Romana Ninik/Riana A Ibrahim/Dwi As Setianingsih/Mawar Kusuma Wulan
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/3hlobTvXQJdBqtM9qZBSuYoUwzg=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2F20210319HAS04_1616157198.jpg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Makki Ken (8) belajar membuat narasi novel yang dibacakan ibunya, Asrie Nadya (38), di rumahnya di kawasan Pondok Benda, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (19/3/2021). Keluarga Asrie Nadya memilih mendidik anak-anaknya di rumah dengan metode sekolah mandiri (home schooling) daripada di sekolah formal.

Pembelajaran jarak jauh membuat kehidupan digital menjadi keniscayaan bagi anak-anak di masa pandemi Covid-19. Jika dulu pembatasan atau bahkan penolakan gawai riuh didengungkan, anak-anak kini harus semakin mengakrabi aktivitas digital. Memanfaatkan gawai untuk hal yang positif lantas menjadi pilihan demi terhindar dari candu negatif gawai.

Berhubung putrinya gemar menggambar, Puji Rahayu (39), warga Tangerang Selatan, mengikutkan anaknya itu ke kelas-kelas daring yang berhubungan dengan dunia gambar. Sebelum pandemi, Milea (11), putrinya, menggunakan gawai hanya pada sore hari seusai sekolah. Penggunaannya dibatasi dengan sistem yang mati dengan sendirinya saat waktu habis.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan