logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊSemerbak Kisah Martabak
Iklan

Semerbak Kisah Martabak

Tidak ada yang bisa menyangkal pesona martabak. Manis-asin martabak sudah tertanam di lidah kita. Dari satu loyang martabak, tersimpan cerita yang tidak kalah sedapnya.

Oleh
INSAN ALFAJRI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9TJYgbp7StX2w2VzZTv7KTph7Cw=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2FPedagang-Martabak_88674799_1586534639.jpg
KOMPAS/SUCIPTO (CIP) 07-04-2020

Budi, pedagang martabak di Jalan Sungai Ampal, Balikpapan, Kalimantan Timur, sedang menyiapkan pesanan pembeli.

Puluhan tahun martabak menjadi salah satu kudapan populer di Indonesia. Martabak telur dan manis memenuhi kebutuhan pelanggannya dari gerobak-gerobak di pinggir jalan, toko mandiri, hingga langsung tiba di rumah via layanan pesan-antar. Dari setiap loyang martabak, tersimpan cerita menarik di dalamnya.

Di Jalan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (16/7/2020), Aryanto (33) sedang sibuk menggoreng cakwe. Dia sudah lima tahun bekerja sebagai karyawan Tomang Cakwe. Tomang Cakwe, kata Aryanto, milik seseorang asal Pulau Bangka. Martabak bangka menjadi salah satu menu andalan di tempat ini selain cakwe dan roti bantal.

Editor:
agnesrita
Bagikan