logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊParadoks Interaksi Virtual
Iklan

Paradoks Interaksi Virtual

Wabah Covid-19 mendorong jutaan orang memindahkan banyak aktivitas ke ruang-ruang virtual. Jika ini terus berlangsung, interaksi sosial manusia akan makin terikat pada layar kecil gawai dan komputer.

Oleh
Budi Suwarna
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/p9pT4HvX2K77Yv7Ims3qK0dVUQg=/1024x706/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2FBelajar-Menari-Secara-Daring_90058617_1593277470.jpg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS) 20-06-2020

Adhi Tiawarman (36), memberikan materi street dance genre hiphop kepada anak didiknya secara daring di O2danceshool, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (20/6/2020). Pemberian materi via daring menjadi pilihan paling realistis bagi sekolah tari ini di tengah pandemi Covid-19.

Wabah Covid-19 mendorong jutaan orang memindahkan banyak aktivitas ke ruang-ruang virtual. Jika ini terus berlangsung, interaksi sosial manusia akan makin terikat pada layar kecil gawai dan komputer. Apa konsekuensinya bagi kehidupan sosial kita?

Wabah Covid-19 mendorong jutaan orang memindahkan banyak aktivitas ke ruang-ruang virtual. Jika ini terus berlangsung, interaksi sosial manusia akan makin terikat pada layar kecil gawai dan komputer. Apa konsekuensinya bagi kehidupan sosial kita?

Editor:
kompascetak
Bagikan