logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊMerindu Geliat Benteng Budaya ...
Iklan

Merindu Geliat Benteng Budaya Betawi

Sunyinya geliat kesenian di pusat kultur Betawi Setu Babakan atau tempat-tempat fisik lainnya bukan berarti warisan nenek moyang ini tidak punya kesempatan untuk tetap hidup.

Oleh
Johanes Galuh Bimantara
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/J3YPZKoWuIlRMkvF0Avrm0IqhMo=/1024x635/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F55a29ef5-3dcd-4dc1-89b6-12c2f7ed34a4_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Aat Sudrajat yang akrab disapa Uut Lenong, salah satu penggiat kesenian Betawi dan pimpinan Sanggar Bunga Cempedak, memainkan perangkat gambang keromong di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (20/6/2020).

Setu Babakan menjadi bagian dari sedikit benteng tersisa penjaga tetap hidupnya kebudayaan Betawi beserta segala kekayaan keseniannya di tengah segala gempuran kebudayaan perkotaan modern. Setelah tertidur berbulan-bulan karena pageblug, geliatnya kini dirindukan, terutama oleh para seniman penjaga warisan leluhur.

Sabtu (20/6/2020) siang yang rindang di tepi Setu Babakan dilindungi dedaunan dari pohon-pohon. Asri (38) bersama suami dan dua anaknya menikmati santap siang sambil memanjakan mata dengan pemandangan setu atau danau buatan seluas 30 hektar tersebut, ditingkahi becak-becak air yang lalu lalang digenjot sesama wisatawan.

Editor:
nelitriana
Bagikan