logo Kompas.id
Gaya HidupTanpa Berpikir
Iklan

Tanpa Berpikir

Hari-hari ini rasionalitas menjadi panglima. Logika menjadi alat validasi, termasuk urusan jatuh cinta yang sebenarnya tak perlu logika. Perupa Putu Bonuz Sudiana mencoba menafikan itu. Dia berkarya tanpa berpikir.

Oleh
Mohammad Hilmi Faiq
· 1 menit baca

Frasa ”tanpa berpikir” tentu tidak bisa dimaknai secara apa adanya karena sejatinya tidak ada manusia bertindak tanpa sama sekali berpikir. Sekalipun orang itu terganggu pikirannya. Terkait proses kreasi Bonuz, berpikir itu bisa dimaknai sebagai upaya dia berpikir keras agar dapat berkarya tanpa berpikir.

https://cdn-assetd.kompas.id/n9tmJ4Y6k4XW7fX3YQvT-pzti7c=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FKarya-karya-Putu-Bonuz-Sudiana_87063724_1581170483.jpg
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ (MHF) 21-01-2020

Seorang pengunjung memfoto perupa Putu Bonuz Sudiana dengan latar belakang karya-karyanya di Orbital Dago, Bandung, Selasa (21/1/2020).

Bingung? Begini, Bonuz mengedepankan emosi dan rasa dalam mencoret, menumpahkan, maupun menimpa cat akrilik pada kanvas. Perasaan itu jangan sampai terganggu oleh rasionalitas atau pikiran logis. Caranya, dia melukis sambil mengobrol, mendengarkan radio, atau menyalakan televisi. Pikirannya dia letakkan di sana, pada tema pembicaraan atau pada isu yang diributkan radio dan televisi.

Editor:
Bagikan