logo Kompas.id
Gaya HidupPelajaran dari Panembahan Reso
Iklan

Pelajaran dari Panembahan Reso

Sejak pertama dipentaskan 34 tahun silam, naskah teater ”Panembahan Reso” karya penyair WS Rendra (1935-2009) ini kembali dihadirkan.

Oleh
NAWA TUNGGAL
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/nqyJ9Xj4eGhdhaF_WXbOtFFhwPI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F20200125H15_SENI1_OK_web_86697853_1579958405.jpg
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG (MYE) 24-01-2020

Pentas teater karya WS Rendra dengan judul Panembahan Reso di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Jumat (24/1/2020).

Sejak pertama dipentaskan 34 tahun silam, naskah teater ”Panembahan Reso” karya penyair WS Rendra (1935-2009) ini kembali dihadirkan. Cara-cara tersembunyi dan kotor tokoh utama Panembahan Reso demi merebut takhta kekuasaan menjadi pelajaran penting untuk melihat peristiwa di sekeliling kita hari ini.

Alkisah, seorang Raja Tua (diperankan Gigok Anurogo) mempunyai tiga selir: Ratu Dara (Sha Ine Febriyanti), Ratu Kenari (Sruti Respati), dan Ratu Padmi (Maryam Supraba). Posisi di antara ketiga istri itu setara. Ini sesuai kesepakatan antara Raja Tua dan istri terakhir, Ratu Dara. Ratu Dara mau dipinang Raja Tua asalkan tidak ada di antara para istrinya kemudian dijadikan istri utama atau permaisuri.

Editor:
Bagikan