logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊPayudara, Bra dan Persepsi...
Iklan

Payudara, Bra dan Persepsi Publik

Payudara berada dalam zona sensualitas dan zona kehidupan. Sebagai penopang payudara, bra berevolusi selama beberapa abad terakhir. Selama itu pula persepsi publik terhadap buah dada berevolusi.

Oleh
Sekar Gandhawangi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dxX7kh-IaMYx2qHOTgAUoPBqtRc=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2Fd05d5f55-9247-4108-a23f-751f508aa652_jpeg.jpg
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Sejumlah bra beserta penjelasan inovasinya dipajang di museum mini, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Museum ini dibuat sebagai salah satu instalasi dalam acara peringatan ke-38 tahun PT Indonesia Wacoal.

Secara umum, payudara berada dalam zona sensualitas dan zona kehidupan karena menjadi sumber ASI atau air susu ibu. Bukannya mau melabeli payudara sebagai objek, tapi memang begitu adanya. Sebagai penopang payudara, bra berevolusi selama beberapa abad terakhir. Selama itu pula persepsi publik terhadap buah dada berevolusi.

Pada 1912-1949, perempuan di China mengenakan rompi ketat di balik baju untuk menyamarkan bentuk payudara. Ini juga upaya menghindari rasa malu di hadapan publik. Payudara kecil kala itu identik dengan kebajikan, kesucian, kemurnian, serta simbol untuk menjadi ibu yang baik dan istri yang berdedikasi (Cultural Encyclopedia of the Breast: 2014).

Editor:
khaerudin
Bagikan