logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊKomik, Sastra yang Melalui...
Iklan

Komik, Sastra yang Melalui Banyak Zaman

Komik Indonesia ada sejak tahun 1950-an. Kala itu, komikus RA Kosasih dan Ardisoma membuat komik tentang wayang yang digandrungi masyarakat (Kompas, 26/5/1976).

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/RhXgsopMXP1sE7Omu1YKFUfsv4A=/1024x498/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F07%2FWhatsApp-Image-2019-07-15-at-9.08.22-PM_1563200027.jpeg
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang anak tengah memilih buku komik di Jakarta, Senin (15/7/2019).

Komik Indonesia ada sejak tahun 1950-an. Kala itu, komikus RA Kosasih dan Ardisoma membuat komik tentang wayang yang digandrungi masyarakat (Kompas, 26/5/1976). Komikus Jan Mintaraga, Teguh Santosa, dan Ganes TH juga tercatat sebagai sejumlah komikus yang karyanya mewarnai dunia komik beberapa dekade silam. Perlahan, komik Indonesia menduduki masa jayanya.

Setelah tahun 1965, industri komik Indonesia berkibar dan berjaya. Komik lokal dicetak minimal 15.000 kopi per judul. Cetakan untuk komik laris bisa dua kali lipat lebih banyak hingga 30.000 kopi, contohnya Tuan Tanah Kedawung oleh Ganes TH. Pada 1992, cetakan komik lokal berkurang drastis. Paling banyak 1.000 kopi. Sebab, tidak ada lagi yang mencetak komik lokal (Kompas, 7/11/1993).

Editor:
khaerudin
Bagikan