Urusan rambut memang tampaknya lebih banyak merupakan urusan perempuan. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa rambut sebagai mahkota perempuan. Berbagai gaya dan model rambut perempuan silih berganti setiap masa. Namun, bukan berarti para pria tidak mengurusi hal ini. Setidaknya, rambut berkaitan dengan kerapihan dan kebersihan. Bagi pria yang ingin tampil praktis, maka potongan rambut pendek, rapi, bahkan nyaris tipis menjadi pilihan. Sementara itu, ada juga pria yang sengaja memanjangkan rambut mereka, mewarnai, dan rajin melakukan perawatan rutin.
Menurut Anthony Reid (1992), rambut bagi masyarakat di Asia Tenggara dianggap membawa sebagian kekuatan dari orangnya. Potongan rambut para raja sangat dihargai karena dianggap mengandung sebagian kekuasaan raja. Pemotongan rambut dikaitkan dengan pengaruh keyakinan. Bagi pemeluk Islam, pemotongan rambut dianggap sebagai kepatuhan pada Islam. Kaum Muslim China di Banten dikenal dengan sebutan ”China cukuran” karena mereka meninggalkan rambut panjang gaya Ming. Pangeran Diponegoro pada abad ke-19 menganjurkan para pengikutnya untuk memotong rambutnya menjadi pendek sebagai upaya membedakan diri dengan orang Jawa ”murtad” yang berpihak kepada Belanda. Orang Belanda disebutnya sebagai ”kafir” (Carey, 1981).