FotografiKlinik FotoPangkas Rambut pada Masa...
ARSIP ACHMAD SUNJAYADI

Pangkas Rambut pada Masa Hindia-Belanda

Urusan memangkas rambut sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, berikut ini jejak visualnya.

Oleh
ACHMAD SUNJAYADI
· 1 menit baca
Seorang anak laki-laki Eropa sedang dipangkas rambutnya di teras rumah tahun 1930-an (sumber: KITLV Leiden).
ARSIP ACHMAD SUNJAYADI

Seorang anak laki-laki Eropa sedang dipangkas rambutnya di teras rumah tahun 1930-an (sumber: KITLV Leiden).

Urusan rambut memang tampaknya lebih banyak merupakan urusan perempuan. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa rambut sebagai mahkota perempuan. Berbagai gaya dan model rambut perempuan silih berganti setiap masa. Namun, bukan berarti para pria tidak mengurusi hal ini. Setidaknya, rambut berkaitan dengan kerapihan dan kebersihan. Bagi pria yang ingin tampil praktis, maka potongan rambut pendek, rapi, bahkan nyaris tipis menjadi pilihan. Sementara itu, ada juga pria yang sengaja memanjangkan rambut mereka, mewarnai, dan rajin melakukan perawatan rutin.

Menurut Anthony Reid (1992), rambut bagi masyarakat di Asia Tenggara dianggap membawa sebagian kekuatan dari orangnya. Potongan rambut para raja sangat dihargai karena dianggap mengandung sebagian kekuasaan raja. Pemotongan rambut dikaitkan dengan pengaruh keyakinan. Bagi pemeluk Islam, pemotongan rambut dianggap sebagai kepatuhan pada Islam. Kaum Muslim China di Banten dikenal dengan sebutan ”China cukuran” karena mereka meninggalkan rambut panjang gaya Ming. Pangeran Diponegoro pada abad ke-19 menganjurkan para pengikutnya untuk memotong rambutnya menjadi pendek sebagai upaya membedakan diri dengan orang Jawa ”murtad” yang berpihak kepada Belanda. Orang Belanda disebutnya sebagai ”kafir” (Carey, 1981).

Memuat data...
Memuat data...