Riuh di Pasar Induk Kramat Jati tidak mengganggu Ki Jambrong mencari pasien yang akan menggunakan jasanya. Matanya terus melihat ke kanan dan ke kiri, pendengarannya ia siapkan jika sewaktu-waktu ada seseorang memanggilnya. Tas seberat 20 kilogram berisi perlengkapan pijatnya ia gendong kemana pun kakinya melangkah. Sesekali ia beristirahat di tengah keramaian pasar, menunggu pasien datang menghampirinya.
Ki Jambrong, sapaan orang kepadanya, enggan memberitahukan nama aslinya kepada orang-orang. Alasannya, ia hanya ingin dikenal sebagai pemijat. Lelaki berusia 68 tahun ini sudah berkelana menjadi pemijat sejak tahun 1968 dengan berkeliling Indonesia untuk mencari pengalaman. Barulah pada tahun 1972 ia berkeliling pasar-pasar di Jakarta. Penghasilannya dari memijat ia tabung untuk membangun rumah hingga membeli sebidang tanah untuk ditanami berbagai macam tumbuhan produktif.