FotografiFoto CeritaAltar Persaudaraan di...
Kompas/Wawan H Prabowo

Altar Persaudaraan di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas

Keberadaan altar Mbah Kuntjung di Kelenteng Bon Tek Bio menjadi jejak akulturasi budaya Jawa dengan Tionghoa yang mendapat tempat mulia.

Oleh
WAWAN HADI PRABOWO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GeO-b00vx6A2THvX-IF3ibP2Ols=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F89f57f28-45b8-434d-bd52-19b5c689dbc1_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Memberikan penghormatan.

”Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.” Pesan Presiden Abdurrahman Wahid untuk saling memuliakan antarsesama manusia itu terpatri cukup dalam hati masyarakat Tionghoa, Banyumas, Jawa Tengah. Rasa persaudaraan dan kerukunan menjadi jiwa yang mereka tempatkan di setiap altar pemujaan dan laku hidup keseharian.

Potret kemuliaan itu salah satunya terlihat saat acara syukuran di Kelenteng Tri Dharma Boen Tek Bio, Banyumas,  pada pertengahan Mei 2016. Kala itu, Kelenteng Boen Tek Bio mengadakan pawai budaya sebagai wujud syukur telah selesainya pembangunan kembali kelenteng yang terbakar pada 24 Oktober 2012. Tak hanya dihiasi oleh seni budaya etnis Tionghoa,  kirab tersebut juga  disemarakkan dengan pementasan seni tradisi lokal Banyumasan.

Memuat data...
Memuat data...