Kerutan tangan Mansyur (74) tak mengisyaratkan raganya yang lemah. Tangan itu mengais kayu yang sudah menjadi arang dengan kuatnya. Satu demi satu arang ia ambil dari gundukan tanah seluas 2 x 1 meter, yang masih hangat bekas pembakaran selama hampir seminggu, untuk dimasukkan karung. Sejak tahun 1998, Mansyur bergelut dengan jelaga. Pria bertubuh tinggi itu masih kuat mengangkat karung demi karung arang dengan tenaganya yang kian renta. Mansyur bekerja sendiri. Menurut penuturannya, anak-anaknya tidak ada yang mau meneruskan usaha yang dijalaninya di kawasan Pondok Benda, Tangerang Selatan, itu. Mansyur bertekad akan tetap membuat arang hingga ia tak mampu lagi membuatnya. Sebab, dengan membuat arang, ia merasa bahagia di usia senjanya.