Hari telah merangkak menuju senja. Tetapi, bergulirnya waktu perjalanan sang surya menuju peraduan seolah tak tergubris dua lelaki berambut panjang di bengkel Imah Gendang Kampung Cikarawang. Bengkel kerja ini terletak di tengah-tengah permukiman warga di Desa Tegal Waru, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saat itu, Kamis (24/9/2020), mereka sibuk membuat lubang dengan berbagai mata pahat pada potongan kayu berbentuk silinder. Tangan-tangan kekar dan berotot ini terus bergerak, mendentumkan palu pada gagang pahat dengan iringan lontaran-lontaran serpihan kayu yang membuncah ke tanah.
Kedua lelaki ini adalah Yahya Kurniawan (45) bersama pegawainya, Asman (45). Mereka berdua setiap hari menekuni pembuatan alat musik tradisional gendang. Namun, jenis gendang yang dibuatnya adalah jenis gendang toktak. Toktak sendiri mengacu pada jenis suara yang dihasilkan, lebih nyaring dan kering daripada jenis gendang-gendang tradisional lainnya.
”Ya, kami bekerja biasanya mulai sore hingga tengah malam, Kang,” ujar Yahya sambil memahat. ”Kadang, semakin gelap malah tambah mood dan semangat,” lanjutnya sambil tersenyum. Setelah beberapa saat, dirinya berhenti. Segelas teh yang disediakan sang istri segera diseruputnya untuk istirahat sejenak bersama sebatang rokok. Di sela-sela istirahat inilah dia menuturkan cerita.