Tangan Safaruddin (55) cekatan menimba air dari sumur di bawah sebuah pohon di tepi sabana yang luas. Sesaat kemudian ia memenuhi ember dengan air untuk minum kudanya. Setelah cukup minum, ia membawa kudanya mencari titik baru untuk merumput. Setiap hari Safaruddin bersama penduduk menggembala ternaknya di sabana.