Cendana, gaharu, majegau, dan kemenyan menebarkan wangi alami ketika dibakar. Wangi-wangi itu membuat terapi ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan kemuliaan jiwa. Begitu pula penyair Khalil Gibran menjadikan dupa yang menyebarkan aroma bagai rangkuman doa-doa. Umat Hindu Bali pun mewakilkan asap dupa yang dibakar menjadi pengantar doa kepada Hyang Widhi Wasa serta para Dewa dan juga leluhur mereka. Dupa pun menjadi bagian keseharian umat di Bali.
Salah satunya, Komang Surtana (40), warga Desa Duda Timur, Kabupaten Karangasem, Bali. Perajin dupa ini memilih kembali memanfaatkan kayu-kayu wangi sebagai bahan bakunya. Apalagi, ia percaya bahan baku tersebut ramah lingkungan dan tidak membuat sesak napas ketika dibakar. Bahan baku itu berasal dari serbuk-serbuk kayu gaharu, cendana, majagau, dan kemenyan.