FotografiFoto CeritaAku di Sarinah, maka Aku Ada
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Aku di Sarinah, maka Aku Ada

Gedung Sarinah menjadi ikon baru Jakarta dan tempat berfoto yang diminati warga.

Oleh
YUNIADHI AGUNG
· 1 menit baca

Ini zamannya memuliakan diri sendiri dengan menyajikan kehadiran kita di dunia maya. Media sosial dibanjiri foto-foto dengan gaya maksimal untuk mendulang likes dan komentar. Kegelisahan melanda selepas mengunggah foto diri di media sosial. Apakah fotoku disukai banyak orang? Menarikkah poseku agar orang lain komentar? Kadang, kelegaan muncul saat bertubi-tubi komentar membanjiri unggahan. Komentar positif kita simpan dalam hati, komentar negatif para haters kita unfollow. Sesimpel itu.

Kita hadir di sebuah tempat, menjadikan tempat itu sebagai latar foto, dan mempertontonkan bahwa kita sudah berada di tempat tersebut. Itu tandanya kita sama dengan orang lain. Semua tempat diburu agar menjadi arsip individu dan konsumsi publik. Ruang dan tempat adalah bagian dari kehadiran kita.

Sepuluh tahu yang lalu, mungkin hanya segelintir orang yang datang ke sebuah galeri seni. Tapi sekarang lihatlah, sebuah galeri kecil dipenuhi pengunjung. Mungkin mereka memang penikmat seni, tapi banyak dari mereka hadir hanya menjadikan karya seni sebagai latar foto diri. Semua tempat baru yang ada didatangi dan direkam dalam memori kamera.

Memuat data...
Memuat data...