Transformasi BSI: Mengubah Citra Bank Syariah Menjadi Modern dan Kompetitif
BSI berhasil mentransformasi citra perbankan syariah menjadi modern dan tepercaya. Bagaimana ceritanya?
Walau baru berumur 3 tahun, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI telah berhasil mentransformasi citra perbankan syariah menjadi modern, dilengkapi layanan perbankan digital teknologi terkini, sumber daya manusia berkualitas, layanan yang beragam, hingga kantor cabang modern serta ramah lingkungan.
Transformasi ini langsung memikat banyak konsumen karena kini mereka bangga dan nyaman menjadi nasabah bank syariah seperti halnya menjadi nasabah bank umum. Tak mengherankan bisnis BSI tumbuh kencang hingga berambisi menembus kancah global.
Bagaimana cara BSI mentransformasi citra perbankan syariah? Apa rahasia kesuksesan pertumbuhan bisnis mereka yang begitu cepat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Kompas mewawancarai Direktur Utama BSI Hery Gunardi di kantornya Jakarta, Senin (7/10/2024).
BSI sukses mengubah citra perbankan syariah dari sebelumnya terkesan kuno, teknologi tertinggal, pelayanannya seadanya menjadi modern, canggih, dan layanan kian lengkap. Apa rahasianya?
Pertama, yang mau saya katakan adalah ada semacam mitos bahwa bank syariah itu tidak bisa berkembang. Saya katakan, itu tidak benar. Yang namanya bank ya bank, sebuah organisasi bisnis. Bank konvensional itu mengenal bunga, sementara syariah itu bagi hasil. Itu saja sebetulnya. Yang menarik adalah, Indonesia adalah penduduk Muslim terbesar kedua di dunia setelah Pakistan. Tapi tidak ada bank syariah yang kuat sampai dengan 2021 BSI ini dibentuk dari merger tiga bank, yakni Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah.
Pasar perbankan syariah ini memang sangat besar. Saat ini penduduk Muslim di Indonesia ada 239 juta orang. Sekitar 21,6 persen memiliki karakter Muslim yang sangat taat. Mereka tidak mau riba. Ini adalah given captive market untuk BSI. Selain kelompok itu, sebanyak 26 persen penduduk Muslim lainnya berkarakter Muslim modern yang terbuka. Mereka itu universalis. Mereka juga nasabah perbankan konvensional juga. Mereka bersedia pindah ke BSI asalkan layanan, pricing, dan fitur yang ditawarkan bisa kompetitif dengan bank-bank besar lainnya. Itulah potensi pasar yang sangat besar.
Kedua, ada juga mitos yang mengatakan, bank syariah itu diisi oleh insan perbankan kelas dua, teknologinya tertinggal, branding juga sekadarnya. Itu juga mitos yang keliru. Kami menawarkan layanan perbankan digital yang canggih dan mudah digunakan. Branding perusahaan kami benahi jadi institusi yang modern dan tepercaya. Kami latih dan sekolahkan sumber daya manusia kami.
Kami beruntung karena BSI ini merupakan merger dari tiga anak usaha syariah bank negara yang sudah punya bekal kuat. Penggabungan ini membuat kami punya otot lebih untuk mampu bersaing. Kini, kami adalah bank nomor lima terbesar di Tanah Air di setelah Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI. Ini semua kami raih hanya dalam waktu 3 tahun setelah BSI didirikan.
Bagaimana strategi bisnis BSI ke depan?
Pertama, saya percaya dalam membangun organisasi dimulai dari model bisnis yang tepat. Kalau model bisanya tepat, organisasi bisa langsung berkembang bagus. BSI yang terdiri dari gabungan tiga bank syariah ini sudah punya kekuatan dan karakteristiknya masing-masing. Maka bisa dilihat bahwa 70 persen bisnis kami ditopang sektor ritel dan 30 persen lainnya dari wholesale.
Hingga Juni 2024, BSI mencatat laba bersih sebesar Rp 3,40 triliun tumbuh 20,51 persen secara tahunan. Laba bersih ini ditopang penyaluran pembiayaan yang sebesar Rp 257,39 triliun bertumbuh 15,99 persen secara tahunan. Berbagai pertumbuhan ini membuat aset BSI meningkat 15,05 persen secara tahun menjadi Rp 360,85 triliun. Manajemen risiko terjaga yang tecermin pada posisi nonperforming financing (NPF) terjaga di bawah 2 persen.
Proyeksi kami untuk pertumbuhan pembiayaan di kisaran 13β15 persen, didorong segmen konsumer, ritel, serta pembiayaan syariah untuk UMKM. Selain itu, kami juga akan terus memperluas produk unggulan seperti cicil emas, gadai, dan layanan digital.
Bagaimana strategi BSI untuk pengembangan UMKM?
Kami melihat salah satu solusi yang dibutuhkan UMKM adalah pendampingan dan pelatihan. Masih banyak UMKM yang belum bisa membuat catatan keuangan usaha. Masih banyak pula yang masih mencampuradukkan rekening usaha untuk kepentingan pribadi. UMKM ini punya potensi tapi membutuhkan pendampingan untuk bisa terus berkembang. Maka dari itu, BSI membangun UMKM Center di beberapa kota, antara lain Aceh, Surabaya, Yogyakarta, Makassar. Kami sediakan ruang pamer produk, pelatihan gratis, hingga akses pembiayaan. Kami juga memberdayakan masyarakat desa dengan mengembangkan Desa UMKM binaan BSI. Produknya sudah bisa menembus ekspor. Inisiatif lain yang kami lakukan adalah pelatihan dan inkubasi bisnis melalui program Talenta Wirausaha Muda dan Aceh Muslim Preneur. Hingga Juni 2024 pembiayaan untuk segmen ritel dan UMKM telah mencapai Rp 47,72 triliun bertumbuh 14,54 persen secara tahunan.
Bagaimana komitmen BSI pada aspek Environment, Social, Governance (ESG)?
Komitmen BSI terhadap penerapan ESG merupakan strategi jangka panjang perusahaan untuk mendukung ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Untuk itu, BSI membentuk divisi khusus ESG untuk memastikan implementasi ESG di seluruh lini bisnis.
Kami menerbitkan Sustainability Sukuk senilai Rp 3 triliun pada Mei 2024. Adapun dari aspek pembiayaan, sampai dengan Juni 2024, BSI menyalurkan Rp 61,1 triliun untuk portofolio pembiayaan berkelanjutan. Ini terdiri dari pembiayaan UMKM, eco-efficient product, eco-green, dan energi terbarukan.
BSI juga baru membangun gedung baru di Aceh yang berkonsep green building. Kami juga mendorong masyarakat lebih peduli lingkungan dengan inovasi pemasangan 50 mesin Reverse Vending Machine (RVM) di berbagai tempat publik seperti stasiun dan terminal. RVM adalah mesin penukar botol kemasan plastik yang dapat ditukar menjadi poin yang selanjutnya dapat ditebus menjadi saldo tabungan BSI. Semacam bank sampah.
Dari aspek sosial, BSI memiliki BSI Maslahat yang melaksanakan berbagai kegiatan sosial, seperti santunan ke anak yatim piatu hingga pelatihan UMKM di pesantren. Sejak berdiri, BSI sendiri telah menyetorkan zakat lebih dari Rp 600 miliar yang diambil dari keuntungan perusahaan untuk disalurkan kepada yang membutuhkan.
Bagaimana strategi pengembangan layanan perbankan dan transformasi digital?
Pertama yang ingin kami sampaikan adalah BSI ingin menjadi bank global. Akan ada jutaan transaksi per hari. Ini harus ditopang dengan sistem teknologi informasi yang kuat baik dari perangkat lunak maupun perangkat keras serta tim yang mengoperasikannya. Maka kami perkuat aspek ini. Saya percaya, dengan menjadi transaction bank, biaya dana akan lebih murah. Ini bisa dicapai dengan sistem teknologi informasi yang andal.
BSI juga akan meluncurkan aplikasi layanan perbankan digital di dalam ponsel yang baru. Aplikasi ini akan hadir dengan fitur yang lebih banyak dari BSI Mobile. Menurut rencana, dalam waktu dekat akan segera dirilis ke publik. Kami juga terus memperkuat keamanan siber dan perlindungan data dengan merekrut SDM TI terbaik. Menghadapi tantangan digital yang kompleks, BSI terus meningkatkan belanja modal untuk TI sebesar Rp 1,5 triliun pada 2024.
Bagaimana strategi BSI untuk Menuju Kancah Global?
Kami sudah membuka kantor cabang kami di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Ini menunjukkan, kami juga punya ambisi untuk bertarung di luar negeri. Di cabang itu, kami melayani kebutuhan perbankan dari perusahaan Indonesia di kawasan Timur Tengah. Layanan itu seperti perdagangan valuta asing dan letter of credit (LC) untuk ekspor dan impor. Selain itu juga untuk menjangkau nasabah diaspora dan pekerja migran Indonesia di sana dengan layanan remitansi, cicilan emas, dan pemberian kredit melalui layanan digital. BSI menargetkan ekspansi ke pasar internasional dengan fokus pada negara-negara dengan populasi Muslim yang besar seperti Malaysia, UEA, dan kawasan Timur Tengah. Saat ini, BSI adalah bank syariah nomor 9 terbesar di dunia. BSI masih punya banyak ruang pertumbuhan yang bisa dioptimalkan untuk tumbuh lebih besar dan bersaing di kancah global.
Baca juga: Kilas Balik BSI dan Mimpi Besar Indonesia Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia