logo Kompas.id
EkonomiStrategi Pertumbuhan Tinggi
Iklan

Strategi Pertumbuhan Tinggi

Pembangunan kelembagaan, efisiensi ekonomi, serta strategi industrialisasi yang komprehensif adalah resep maju Korsel.

Oleh
AGUSTINUS PRASETYANTOKO PENGAJAR UNIKA ATMA JAYA JAKARTA,
· 1 menit baca
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto (kanan) saat menyaksikan parade kapal perang TNI Angkatan Laut seusai menerima brevet kehormatan Hiu Kencana dan penganugerahan tanda kehormatan Samkaryanugraha di atas KRI dr Radjiman Wedyodiningrat, yang berlayar di Teluk Jakarta, Sabtu (28/9/2024).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto (kanan) saat menyaksikan parade kapal perang TNI Angkatan Laut seusai menerima brevet kehormatan Hiu Kencana dan penganugerahan tanda kehormatan Samkaryanugraha di atas KRI dr Radjiman Wedyodiningrat, yang berlayar di Teluk Jakarta, Sabtu (28/9/2024).

”Musuh bersama kita adalah kemiskinan, korupsi, dan komunisme.” Begitu pidato Park Chung-hee saat dilantik menjadi Presiden Republik Korea atau Korea Selatan (Korsel) pada 1961 setelah berhasil merebut kekuasaan melalui kudeta militer. Dengan latar belakang militer, Park memimpin Khingga 1979 secara otoriter melalui strategi pembangunan yang dikendalikan negara (state-led development).

Begitu duduk sebagai presiden, Park langsung menyusun strategi pembangunan lima tahunan dan menjalankannya secara disiplin. Setahun kemudian, ekonomi Korsel tumbuh 7,1 persen. Sebuah prestasi yang diakui dalam literatur sebagai salah satu kisah sukses kebijakan industrial dalam mencapai pertumbuhan tinggi yang dikenal sebagai ”keajaiban Sungai Han”.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan