Memoles ”Mutiara Hitam” di Ufuk Timika
Dukungan program progresif dan infrastruktur memadai sangat dibutuhkan untuk pengembangan talenta olahraga di Papua.
Sudah sejak lama, Papua dianggap memiliki bakat-bakat sepak bola andal dengan kemampuan teknik dan trik olah bola mumpuni. Namun, saat ini cukup sulit melihat bakat-bakat Papua mendominasi di panggung sepak bola tertinggi Tanah Air.
Keresahan ini pula yang diceritakan Kelly Pepuho (29), staf pelatih Papua Football Academy (PFA). Sebagai putra asli Papua, ia merasa kehadiran akademi dengan program sepak bola progresif serta fasilitas infrastruktur amat dibutuhkan dalam ikhtiar memoles bibit-bibit olahraga Papua.
Dalam era sepak bola yang semakin berkembang saat ini, menurut Kelly, perlu ada sejumlah penyesuaian aspek. Baik aspek teknis maupun nonteknis perlu menjadi perhatian.
”Ini menjadi pekerjaan besar kami di Papua dengan (memanfaatkan) modal fisik yang dimiliki anak Papua,” kata Kelly saat mendampingi sesi latihan pagi di Mimika Sport Complex, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Rabu (4/9/2024) pagi.
Di Papua ini, kompetensi dan kuantitas pelatih di Papua masih kurang. Ini juga menjadi tantangan pengembangan talenta sepak bola Papua.
Saat itu, Kelly tengah mendampingi 30 siswa PFA angkatan 2024 melahap porsi latihan yang dipimpin Wolfgang Pikal. Pelatih asal Austria yang juga berstatus sebagai Direktur Akademi PFA.
PFA merupakan salah satu program investasi sosial bidang olahraga dari PT Freeport Indonesia yang dirintis sejak 2022. Olahraga menjadi salah satu dari program investasi sosial bersama bidang lain, seperti kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan masyarakat. Tiap tahun, PT Freeport Indonesia menggelontorkan dana hingga Rp 1,5 triliun untuk sektor-sektor ini.
Adapun di PFA, setiap angkatan akan terdiri dari 30 anak asli Papua berusia di bawah 14 tahun yang akan menjalani pendidikan selama dua tahun. Saat ini PFA memiliki tiga angkatan, satu di antaranya telah meluluskan program dua tahun.
PFA memanfaatkan dua jenis lapangan, yakni rumput alami dan sintetis di Mimika Sport Complex. Kompleks olahraga ini merupakan fasilitas yang dikelola dan dibangun oleh PT Freeport Indonesia.
Menurut Pikal, kehadiran akademi sepak bola dengan dukungan aspek-aspek lain yang representatif begitu dibutuhkan. Hal ini tentu mampu memaksimalkan kemampuan teknis dan fisik anak Papua yang telah terbentuk secara alami.
”PFA mempunyai kurikulum berbasis filanesia dari PSSI, yang turut dimodifikasi dengan anak Papua,” tutur Pikal.
Menurut Pikal, PFA akan mendukung berbagai aspek agar para siswa ini menuju level tinggi di dunia sepak bola. Di PFA, para pemain akan menerima materi latihan dari para pelatih yang berlisensi.
”Di Papua ini, kompetensi dan kuantitas pelatih di Papua masih kurang. Ini juga menjadi tantangan anak-anak (sebelum ada PFA),” ujarnya.
Selain itu, fasilitas kebugaran yang dimiliki Mimika Sport Complex juga menjadi instrumen pendukung lain yang mampu meningkatkan kemampuan fisik para siswa. Selain itu, PFA juga memaksimalkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga (sports science). Kedua hal ini sebelumnya cukup sulit ditemukan dalam pengembangan sepak bola di Papua.
Baca Juga: Mimika Sport Complex, Harapan Prestasi Olahraga Papua
Saat ini, lulusan angkatan pertama PFA telah bergabung di beberapa akademi klub Liga 1 Indonesia serta akademi lain di Pulau Jawa. Beberapa di antaranya telah berhasil menembus tim yunior untuk kompetisi kelompok umur Liga 1 Indonesia.
Kehadiran PFA, lanjut Pikal, diharapkan memacu pengembangan ekosistem sepak bola di tanah Papua. Tidak hanya mampu memoles calon bibit pesepak bola juga, tetapi pelatih lokal Papua. Pelatih lokal yang melatih anak-anak bisa mengambil lisensi kepelatihan.
Namun, hal lain yang menurut Pikal paling penting adalah tentang edukasi kepribadian gaya hidup para siswa. Hal ini tidak hanya untuk membantu para pemain mencapai level tertinggi, tetapi juga akan membuat mereka konsisten dalam jangka waktu panjang.
”Di PFA fokus pada tiga hal, mulai dari sepak bola, pendidikan, serta gaya hidup, yang juga menjadi kekurangan di Papua,” ujar Pikal.
Memoles cabor atletik
Sementara itu, fasilitas yang ada di Mimika Sport Complex diharapkan menjadi barometer pemerintah daerah lain di Papua dalam mengembangkan dan memoles potensi olahraga di wilayah mereka.
Fasilitas di Mimika Sport Complex saat ini juga dimanfaatkan dalam memoles potensi Papua yang lain di cabang atletik. Pada 2022 Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk melaksanakan pelatihan nasional (pelatnas) desentralisasi di Mimika Sport Complex.
Saat ini ada 19 atlet dari berbagai daerah di tanah Papua yang mengikuti pelatnas dengan sistem promosi degradasi ini. PT Freeport Indonesia mendukung, berbagai jenis akomodasi serta akademik para atlet.
Pelatih atletik PB PASI Mukhtar mengungkapkan, pelaksanaan pelatnas di Papua tentu berkaitan dengan fasilitas lengkap yang dimiliki Mimika Sport Complex. Berbagai fasilitas yang ada mendukung dalam memoles serta mencetak atlet di Bumi Cenderawasih.
Baca Juga: Timika Jadi Lokasi Pelatnas Desentralisasi
”Bahkan, dibandingkan dengan di Stadion Madya Gelora Bung Karno (Jakarta) yang menjadi pusat pelaksanaan pelatnas, fasilitas gym di sini lebih lengkap. Selain itu di sini suasana lebih tenang karena yang gunakan fokus atletik,” ujarnya.
Kehadiran pelatnas, lanjut Muktar, juga akan memberikan kesempatan besar untuk menjangkau bibit atletik Indonesia di ujung timur Indonesia ini. Sama halnya di bidang sepak bola, terpaan alami kondisi geografis menjadikan fisik anak Papua memiliki potensi di bidang olahraga.
Kris Dianto Makringo (25), atlet lari asal Biak Numfor, mengungkapkan, kehadiran Mimika Sport Complex tentu mendukung peningkatan performa dirinya. Kris dan 18 atlet pelatnas lain juga rutin dilibatkan dalam turnamen atletik, baik di nasional maupun internasional.
”Fasilitas di sini sangat mendukung. Waktu masih latihan di daerah, ketika mau ke gym, harus keluar uang lagi. Kalau di sini semua sudah lengkap,” tuturnya.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Cenderawasih Tri Setyo Guntoro mengapresiasi terobosan pembinaan olahraga yang dilakukan di Mimika. Menurut Tri, pembinaan olahraga dalam konteks menjadi Papua sebagai ”gudang atlet” harus dilakukan secara menyeluruh. Aspek teknis dan teknis harus diperhatikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
”Kalau melihat arti dari gudang itu, perlu diperdalam lagi bahwa gudang itu bukan sekadar langsung ada tetapi ada proses. Apakah proses itu selama ini sudah dilakukan?” ujarnya.
Nyatanya, lanjut Tri, selama ini para atlet hanya dibiarkan berkembang secara alamiah. Padahal, kebutuhan olahraga saat ini semakin kompleks, termasuk berkaitan dengan pelibatan sports science. Pelibatan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan peningkatan perkembangan atlet menyesuaikan persaingan yang semakin ketat.
Selama ini pengembangan olahraga progresif masih terbatas di Indonesia.
Perlu diakui, menurut Tri, selama ini pengembangan olahraga progresif masih terbatas di Indonesia. Padahal, pemerintah pusat telah juga memiliki program percepatan pembangunan olahraga di dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Padahal, di dalamnya, pemerintah memiliki komitmen untuk membangun olahraga, mulai dari olahraga pendidikan, olahraga masyarakat atau rekreasi, serta olahraga prestasi secara berkelanjutan 2021-2045.
”Ini juga termasuk menjadikan Papua sebagai provinsi olahraga. Harapannya, pembinaan olahraga baik itu rekreasi mampu prestasi dimulai dari kampung atau di kompleks perumahan. Namun, jika melihat program saat ini, tampak perhatian itu sebelum sepenuhnya pada jalur yang tepat,” tuturnya.
Menurut Tri, daerah-daerah harus mulai memberi perhatian dalam menjalankan program ini. Pemda juga bisa jeli memanfaatkan program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendukung DBON atau provinsi olahraga di Papua.
Apa yang telah dijalankan oleh PT Freeport Indonesia yang begitu perhatian terhadap dunia olahraga seharusnya mampu memacu daerah lain untuk mereplikasi. Dengan begitu, nantinya akan tercipta ekosistem olahraga yang berkesinambungan di tanah Papua.
Membangun karakter
Vice President of Community Development PT Freeport Indonesia Claus Wamafma mengungkapkan, investasi sosial yang telah dilaksanakan diharapkan akan berkelanjutan. PT Freeport Indonesia sendiri telah berkomitmen investasi di bidang olahraga ini juga sebagai hal dalam kontribusi mereka dalam pembangunan manusia di Papua secara berkelanjutan. PT Freeport Indonesia tidak mengharapkan pengembalian modal investasi dari program ini.
Menurut Claus, kehadiran PFA juga bukan sekadar investasi sumber daya manusia di bidang olahraga. Lebih dari itu, kehadiran PFA dengan mengedepankan pendidikan karakter diharapkan turut memacu pembangunan manusia.
”Seandainya jika mereka pun tidak menjadi pemain sepak bola, tetapi akan tercipta mental bagus dan karakter yang unggul. Itu sudah cukup,” katanya.
Perhatian dan konsistensi PT Freeport Indonesia sangat berarti dalam upaya bersama membangun generasi muda tanah Papua yang unggul dan berdaya saing tinggi. Karakter unggul generasi muda akan membawa tanah Papua menjadi lebih maju di masa depan.
Dari Timika kita yakin asa itu dapat terwujud.