Pembiayaan Syariah Berdayakan UMKM
Pelaku UMKM tidak sekadar membutuhkan akses permodalan, tetapi juga pendampingan dan pelatihan.
Pembiayaan syariah telah menjadi motor penggerak dalam mendorong kemajuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, membantu pelaku usaha naik kelas melalui akses permodalan yang lebih inklusif dan sesuai prinsip syariah. Menjadi mitra perbankan syariah, UMKM juga mendapatkan pendampingan dan pelatihan.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, berkontribusi besar dalam penyaluran pembiayaan syariah kepada segmen UMKM.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, BSI akan terus mendukung pertumbuhan UMKM guna mendorong perekonomian domestik lebih baik ke depan.
”Kendati demikian, BSI tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan,” kata Hery awal pekan ini.
Baca juga: Presiden Minta Bank Tingkatkan Kredit UMKM
Berkat strategi pembiayaan yang tepat dan kehati-hatian, BSI mencetak laba bersih pada semester I-2024 sebesar Rp 3,39 triliun atau tumbuh 20,2 persen secara tahunan. Penyaluran pembiayaan BSI mencapai Rp 256,77 triliun atau tumbuh 15,99 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Di sisi lain, kualitas pembiayaan BSI menunjukkan perbaikan tecermin dari rasio nonperforming financing (NPF) bruto per Juni 2024 sebesar 1,99 persen, turun dibandingkan periode Juni 2023 yang 2,31 persen. Adapun penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp 296,69 triliun atau tumbuh 17,5 persen secara tahunan.
Wakil Direktur Utama BSI Bob T Ananta menambahkan, penambahan UMKM Center di Makassar pada Juli 2024 menjadi salah satu wujud dukungan terhadap UMKM di Indonesia.
BSI akan terus mendukung pertumbuhan UMKM guna mendorong perekonomian domestik lebih baik ke depan.
Secara keseluruhan, terdapat sejumlah UMKM Center yang di kota besar, yakni Aceh, Yogyakarta, Surabaya, serta Makasar dengan total nasabah UMKM binaan mencapai 3.499 UMKM.
”BSI juga berkomitmen untuk terus mendukung sustainable finance portfolio per triwulan II-2024 mencapai Rp 61,1 triliun dengan komposisi untuk green finance sebesar Rp 13,5 triliun dan social financing mencapai Rp 47,7 triliun. Langkah ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi UMKM,” tuturnya.
Adapun pembiayaan UMKM BSI pada Juni 2024 tumbuh 14,54 persen secara tahunan menjadi Rp 47,72 triliun. Pertumbuhan pembiayaan UMKM BSI pada triwulan II-2024 itu lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2024 yang sebesar 12,4 persen.
Mengutip data OJK, aset perbankan nasional per Juni 2024 tumbuh 8,96 persen dengan pertumbuhan kredit sebesar 12,24 persen, serta pertumbuhan DPK sebesar 8,43 persen. Di sisi lain, industri perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13,58 persen secara tahunan, pertumbuhan DPK 10,41 persen, serta pertumbuhan aset 9,07 persen.
”Perbankan syariah senantiasa mengupayakan pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM dengan tetap memperhatikan kompetensi dan risk appetite yang dimiliki agar pemberian pembiayaan yang dilakukan terhadap UMKM dapat mendorong pertumbuhan, baik kepada UMKM maupun perbankan secara berkesinambungan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae akhir bulan lalu.
Baca juga: Presiden Ingatkan Pentingnya Peran UMKM bagi Perekonomian Nasional
Pendampingan
Akses permodalan memang menjadi salah satu hal yang penting bagi para pelaku UMKM. Kendati demikian, para pelaku UMKM nyatanya tidak sekadar membutuhkan akses permodalan, melainkan juga pelatihan dan pendampingan guna meningkatkan skala usahanya.
Ulfa Fithria (36), pemilik usaha kerajinan tangan bernama Bilidroe, menceritakan, bukan hal yang mudah untuk kembali merintis usaha apabila tidak didukung dengan permodalan dan pendampingan yang memadai. Ia mulai menghidupkan usaha rumahan yang turut memberdayakan sejumlah ibu-ibu sekitar pada 2019.
”Saat merintis usaha, permodalan memang penting karena kalau minim modal kita juga susah untuk bergerak,” katanya saat ditemui di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh pertengahan bulan lalu.
Setelah memperoleh akses permodalan yang kiranya cukup, usaha Ulfa tidak serta merta melesat begitu saja. Sebab, ia tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengembangkan skala usahanya yang masih rumahan dan berkutat di pasar lokal.
Oleh karena itu, Ulfa memutuskan bergabung dalam UMKM Center PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Aceh dengan harapan usahanya dapat berkembang. Selain memperkenalkan produk yang dihasilkan ke pasar yang lebih besar, di sana, Ulfa turut mendapat beragam pelatihan, seperti pemasaran secara daring dan pemanfaatan media sosial. Alhasil, pangsa pasar Bilidroe berkembang hingga di luar Aceh.
Hal serupa juga disampaikan oleh Yuliana (35), pemilik usaha sambal kemasan bernama Capli. Ibu dengan dua anak itu menceritakan, modal awal merintis usaha rumahan tersebut hanya mengandalkan pinjaman yang diperolehnya dari keluarga.
Dalam kondisi yang pas-pasan, Yuliana memberanikan diri untuk ikut dalam ajang Talenta Wirausaha BSI pada 2022. Tidak disangka, Capli berhasil meraih juara ketiga nasional dan mendapatkan kesempatan menjalin kemitraan dengan BSI.
Dari situ, Yuliana memperoleh pembiayaan dari BSI sebesar Rp 100 juta untuk mengembangkan bisnisnya. Ia juga mendapatkan pembelajaran mengenai pengelolaan usaha dan pemasaran, hingga pada gilirannya berhasil mendapat pesanan dari Malaysia sebanyak 29 ton dalam ajang BSI International Expo 2024.
”Kalau di awal itu, memang masalah yang dihadapi dalam wirausaha ialah modal. Tapi, seiring berjalannya waktu, modal itu bukan menjadi hal utama. Dibutuhkan juga keterampilan menghadapi rekanan bisnis dan konsumen,” ujarnya saat ditemui di Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, pertengahan bulan lalu.
Baca juga: Panggung Global Sambal ”Capli” Bermula dari Kegelisahan Nasib Petani
Komitmen
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyebut, BSI memiliki inisiatif dalam mendukung pengembangan UMKM, salah satunya melalui program unggulan Talenta Wirausaha BSI sejak 2022 dan BSI Aceh Muslimpreneur sejak 2023. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas para wirausaha muda Aceh. Aceh dipilih lantaran dapat menjadi corong pertama implementasi sistem keuangan syariah secara menyeluruh.
”Dari total portfolio pembiayaan, sekitar 70 persen merupakan retail consumer dan 30 persen korporasi dan komersial. Artinya, kita akan terus menjaga segmen-segmen kecil,” katanya.
Hery menambahkan, dukungan terhadap segmen UMKM telah menjadi komitmen BSI. Hal ini kemudian turut menginisiasi program desa binaan dan ajang BSI International Expo yang sama-sama bertujuan untuk menaikkan kelas UMKM hingga masuk ke rantai pasok global.
Pada gelaran BSI International Expo 2024, misalnya, BSI mengurasi sedikitnya 265 produk UMKM yang dipertontonkan kepada para pembeli yang berasal dari 20 negara. Nilai transaksi yang terealisasi selama ajang tersebut mencapai Rp 2,4 triliun atau menembus target yang semula ditetapkan Rp 1 triliun.
”Kita ingin mempertemukan buyer dengan seller. Selain untuk display, ada juga entertainment-nya. Di situ, kita turut mengedukasi dan membuat forum diskusi. Terakhir, ada business matching dengan mengundang 20 negara. Ini akan jadi signature event BSI. Potensi bisnis halal Indonesia itu banyak, tapi tidak tahu jualnya bagaimana. Jadi, BSI connecting the dots,” tuturnya.
Ini akan jadi signature event BSI. Potensi bisnis halal Indonesia itu banyak, tapi tidak tahu jualnya bagaimana. Jadi, BSI connecting the dots.
Regional CEO BSI Aceh Wachjono menambahkan, UMKM Center menjadi strategi BSI untuk memberikan pelatihan bagi para pelaku UMKM sekaligus membantu memasarkan produk mereka. UMKM Center Aceh yang didirikan pada 29 Desember 2021, kini telah menaungi 1.900 pelaku UMKM, termasuk Bilidroe dan Capli.
Per Juli 2024, porsi pembiayaan UMKM oleh BSI Aceh mencapai 43 persen dari total portofolio pembiayaan. Penyaluran pembiayaan tersebut tercatat sebesar Rp 8,44 triliun atau tumbuh 12,61 persen secara tahunan. Pembiayaan tersebut telah diterima oleh sebanyak 112.000 pelaku UMKM yang utamanya bergerak di bidang perdagangan, pertanian, serta industri pengolahan.
”Fungsi konseling juga kita perkuat karena nasabah-nasabah yang kita berikan pembiayaan kami dorong untuk bisa terus tumbuh dan naik kelas sehingga tidak hanya berhenti di sisi penyaluran pembiayaan saja. Nah, fungsi pelatihan, fungsi pembinaan, pendampingan, kami jalankan, salah satunya dengan memberdayakan UMKM Center yang dimanfaatkan sebagai marketplace UMKM binaan BSI,” katanya akhir bulan lalu.
Baca juga: Perbankan Respons Usulan Presiden Jokowi Perpanjang Fasilitas Keringanan Kredit