logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊLuhut Yakin Program...
Iklan

Luhut Yakin Program Penyimpanan Karbon Berlanjut di Era Prabowo

Dengan teknologi CCS, Indonesia tidak hanya dapat memenuhi komitmen iklim, tetapi juga mengembangan ekonomi hijau.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
Siluet pengunjung pada pembukaan International & Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2024 di Jakarta Convention Center di Jakarta, Rabu (31/7/2024). Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) tidak hanya menjadi solusi secara teknis, namun juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi, serta langkah strategis menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi semua.
KOMPAS/ PRIYOMBODO

Siluet pengunjung pada pembukaan International & Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2024 di Jakarta Convention Center di Jakarta, Rabu (31/7/2024). Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) tidak hanya menjadi solusi secara teknis, namun juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi, serta langkah strategis menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi semua.

JAKARTA, KOMPAS -- Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS di Indonesia terus diupayakan agar bisa segera beroperasi. Selain sebagai salah satu jalan pengurangan emisi atau dekarbonisasi, CCS juga diramal bakal menjadi bisnis masa depan, baik bagi industri maupun hulu minyak dan gas bumi. Program itu diyakini bakal berlanjut di era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

CCS ialah praktik penangkapan dan penyimpanan emisi karbon sehingga tidak terlepas ke atmosfer. Secara sederhana, karbon yang dihasilkan sejumlah industri dari berbagai sektor ditangkap untuk kemudian disuntikkan ke perut bumi. Penyimpanan karbon dioksida (CO2) bisa dilakukan di depleted reservoir (reservoir migas yang telah mengalami penurunan produksi) atau saline aquifer (reservoir air bersalinitas tinggi).

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan