logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKonektivitas, Dambaan di...
Iklan

Konektivitas, Dambaan di Wilayah Terluar

Konektivitas jadi penentu masa depan masyarakat, terutama di daerah pedalaman.

Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Β· 0 menit baca
Penumpang akan memasuki terminal kedatangan di Bandara Letung, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, Rabu (24/7/2024). Mereka baru saja mendarat dengan pesawat berjenis ATR milik Wings Air dengan keberangkatan dari Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau.
KOMPAS/YOSEPHA DEBRINA R PUSPARISA

Penumpang akan memasuki terminal kedatangan di Bandara Letung, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, Rabu (24/7/2024). Mereka baru saja mendarat dengan pesawat berjenis ATR milik Wings Air dengan keberangkatan dari Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau.

Jauh di daerah terluar Indonesia, moda transportasi udara amat dibutuhkan masyarakat setempat. Mobilitas tak lagi bisa mengandalkan kapal dan perahu sebagai satu-satunya moda transportasi sebab pergerakannya berisiko terhenti, bahkan lumpuh ketika ombak sedang tinggi. Penduduk setempat pun berharap fasilitas transportasi logistik memadai guna memenuhi kebutuhan dasarnya.

Bandara Letung yang terletak di Pulau Jemaja, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, misalnya, berhasil memberi pilihan moda transportasi udara bagi masyarakat untuk bergerak dari satu pulau ke pulau lain. Alih-alih menghabiskan waktu hingga belasan jam terombang-ambing di lautan, waktu tempuh melalui udara dapat terpangkas menjadi sekitar satu jam saja dari Batam ke Pulau Jemaja. Waktu perjalanan menjadi lebih terprediksi bagi warga yang akan menuju wilayah tertinggal, terluar, terdepan, dan perbatasan (3TP).

Editor:
ARIS PRASETYO, AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan