logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKisah Mantap Kenya Kelola...
Iklan

Kisah Mantap Kenya Kelola Panas Bumi, Diawali Krisis Minyak...

Lebih dari 40 persen pasokan kelistrikan di Kenya disumbang oleh energi panas bumi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (29/2/2024). Unit 1 PLTP Lumut Balai, dengan kapasitas 55 megawatt (MW), mulai beroperasi komersial pada 2019. Adapun unit 2, juga berkapasitas 55 MW, ditargetkan beroperasi tahun ini.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (29/2/2024). Unit 1 PLTP Lumut Balai, dengan kapasitas 55 megawatt (MW), mulai beroperasi komersial pada 2019. Adapun unit 2, juga berkapasitas 55 MW, ditargetkan beroperasi tahun ini.

Kapasitas terpasang energi panas bumi di Kenya, negara di sisi timur Benua Afrika, yang sebesar 988 megawatt (MW), memang masih kalah dari sejumlah negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Indonesia, Filipina, Turki, dan Meksiko. Namun, dari persentase bauran ketenagalistrikan, Kenya juaranya. Lebih dari 40 persen kelistrikan di negara tersebut disumbang panas bumi. Semua tidak terlepas dari krisis minyak bumi pada 1970-an.

Panas bumi (geothermal) ialah jenis energi terbarukan yang dapat berperan sebagai pemikul beban dasar (baseload) karena beroperasi andal selama 24 jam dalam 7 hari, tanpa bergantung kondisi cuaca. Namun, pengembangannya tidak sederhana. Indonesia, misalnya, dengan potensi panas bumi sekitar 23.500 MW, kapasitas terpasang pada 2023 baru 10 persen saja. Selain tantangan pembiayaan, pengembangan panas bumi memerlukan waktu dan disertai berbagai risiko.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan