logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊIndonesia Ekspor LNG, tetapi...
Iklan

Indonesia Ekspor LNG, tetapi Impor LPG, Apa Perbedaannya?

Indonesia bergantung pada elpiji impor. Kenapa gas bumi Indonesia tidak bisa dioptimalkan untuk memproduksi elpiji?

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
Instalasi dan fasilitas di Terminal Penerimaan, Hub, dan Regasifikasi LNG Pertamina Arun, Lhokseumawe, Aceh, 25 Juni 2015.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Instalasi dan fasilitas di Terminal Penerimaan, Hub, dan Regasifikasi LNG Pertamina Arun, Lhokseumawe, Aceh, 25 Juni 2015.

Saat produksi siap jual atau lifting minyak bumi Indonesia terus merosot, harapan muncul dari gas bumi. Di samping neraca yang relatif terjaga, cadangan melimpah, seperti di Blok Masela, Maluku, sedang diupayakan agar bisa beroperasi sebelum tahun 2030. Pada 2023 juga ditemukan sumber gas jumbo (giant discovery) di Indonesia, yang masuk lima besar temuan sumber gas raksasa di dunia pada tahun tersebut.

Dari gas bumi yang diproduksi, sebagian diolah menjadi gas alam cair (liquified natural gas/LNG), baik untuk domestik maupun ekspor. Namun, di sisi lain, Indonesia secara besar-besaran mengimpor liquified petroleum gas (LPG/elpiji) yang jamak digunakan warga, terutama untuk memasak. Lebih dari 75 persen kebutuhan elpiji nasional dipenuhi dengan impor. Mengapa demikian?

Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan