Kasih Bunyu Bertepuk Sebelah Tangan
Meski telah memasok sebagian kebutuhan energi ke wilayah sekitar, Pulau Bunyu masih memiliki masalah mendasar.
![Usman (54) tengah menyandarkan kapalnya yang membawa logistik dari Tarakan ke Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Rabu (28/2/2024). Ia beralih profesi dari nelayan menjadi pengangkut logistik lantaran hasilnya lebih menguntungkan.](https://cdn-assetd.kompas.id/m9xy2pkXjwQQXE251t-JE8gEqck=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F03%2F02%2Fcff316ea-64a5-4d08-9f87-c5b66e0cd27c_jpg.jpg)
Usman (54) tengah menyandarkan kapalnya yang membawa logistik dari Tarakan ke Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Rabu (28/2/2024). Ia beralih profesi dari nelayan menjadi pengangkut logistik lantaran hasilnya lebih menguntungkan.
Tak terasa, serangkaian acara pembukaan Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2024 di wilayah terluar, terdepan, dan terpencil (3T) Borneo menjajaki hari terakhir pada Rabu (28/2/2024). Pulau Bunyu menjadi tempat pamungkas dilakukannya layanan penukaran uang layak edar, layanan kesehatan, sosialisasi kedaulatan rupiah, sekaligus penyerahan program sosial.
Sebelumnya, ERB 2024 telah menjajaki wilayah-wilayah 3T di ujung timur dan utara Borneo, yakni Pulau Sebatik, Pulau Derawan, Pulau Maratua, dan Desa Talisayan. Dari pulau yang satu ke pulau yang lain, rombongan ekspedisi yang terdiri dari pegawai Bank Indonesia (BI), Baznas, dan sejumlah awak media menempuh perjalanan di atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr Soeharso (SHS) 990.