logo Kompas.id
EkonomiKisah ”Padi Lesus” di Tengah...
Iklan

Kisah ”Padi Lesus” di Tengah Limbung Beras

Meski lebih mahal dari produk konvensional, beras yang dihasilkan dari pertanian alami memberikan keuntungan.

Oleh
ERIKA KURNIA
· 1 menit baca
Beras organik putih, hitam, dan merah yang dihasilkan Kelompok Tani Somya Pertiwi dengan pupuk organik dan sistem pengairan subak di Desa Mengesta, Penebel, Tabanan, Bali, Selasa (1/2/2011).
KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)

Beras organik putih, hitam, dan merah yang dihasilkan Kelompok Tani Somya Pertiwi dengan pupuk organik dan sistem pengairan subak di Desa Mengesta, Penebel, Tabanan, Bali, Selasa (1/2/2011).

Belum makan kalau belum ketemu nasi. Hal itu masih menjadi prinsip sebagian besar masyarakat. Buktinya, kelangkaan gabah karena keterbatasan produksi hingga membuat naiknya harga beras yang menguntungkan petani belakangan ini membuat geger masyarakat.

Namun, situasi ini tidak banyak berpengaruh, baik pada penikmat maupun petani beras organik yang berasal dari padi yang diklaim tahan lesus atau puting beliung dan bebas zat kimia.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan