Permintaan Anjlok, Dua Industri Tekstil di Semarang Pecat 5.300 Pekerja
Sejak pandemi hingga saat ini, PHK masih terus terjadi di industri tekstil dan produk tekstil.
![Ilustrasi. Aktivitas produksi divisi garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/2/2019). Industri tekstil dan produk tekstil masih memiliki peluang luas di pasar dalam negeri ataupun ekspor, tetapi menghadapi tantangan efisiensi dan persaingan global.](https://cdn-assetd.kompas.id/IR6sJC0-UK8V84ZuCxBl2KkF58s=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F02%2F14%2F15840aab-7e26-4631-8b17-8e6dfa1ffaa4_jpg.jpg)
Ilustrasi. Aktivitas produksi divisi garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/2/2019). Industri tekstil dan produk tekstil masih memiliki peluang luas di pasar dalam negeri ataupun ekspor, tetapi menghadapi tantangan efisiensi dan persaingan global.
JAKARTA, KOMPAS β Pemutusan hubungan kerja atau PHK di industri tekstil dan produk tekstil masih terus berlanjut sejak tekanan ekonomi pandemi hingga saat ini. Kabar teranyar, dua perusahaan tekstil di Semarang, Jawa Tengah, mem-PHK sekitar 5.300 pekerjanya. Penyebabnya, permintaan di pasar ekspor menurun di tengah pelemahan ekonomi global dan pasar dalam negeri yang tertekan karena dibanjiri produk impor.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi, Rabu (21/2/2024), mengungkapkan, dua perusahaan tekstil yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, pada Januari-Februari ini total sudah melakukan PHK terhadap sekitar 5.300 pekerja. Satu perusahaan telah mem-PHK sekitar 5.000 karyawan dan perusahaan yang lain 300 karyawan.