logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKeniscayaan Perusahaan Migas...
Iklan

Keniscayaan Perusahaan Migas di Tengah Arus Rezim Perubahan Iklim

Industri minyak dan gas memang bukan lagi musuh utama dalam perbincangan perubahan iklim. Namun, produsen energi fosil harus segera memaksimalkan diversifikasi ke energi bersih sebelum 2030.

Oleh
ERIKA KURNIA, DARI DUBAI
Β· 1 menit baca
Pekerja mengecek tangki produksi minyak mentah di Stasiun Pengumpul PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, 5 November 2019. Dari stasiun pengumpul tersebut, sekitar 44 barel setara minyak per hari dikirim ke unit pengolahan minyak di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
ABDULLAH FIKRI ASHRI

Pekerja mengecek tangki produksi minyak mentah di Stasiun Pengumpul PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, 5 November 2019. Dari stasiun pengumpul tersebut, sekitar 44 barel setara minyak per hari dikirim ke unit pengolahan minyak di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Sehari sebelum pembukaan Konferensi Perubahan Iklim ke-28 atau COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Kamis (30/11/2023), beredar rilis pers mengenai mundurnya Presiden COP28 saat ini, Sultan Al Jaber, dari posisi Kepala Eksekutif Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), perusahaan minyak nasional UEA.

Rilis yang diedarkan melalui surat elektronik dan situs dengan mengatasamakan panitia COP28 itu keluar setelah beredar laporan bahwa Al Jaber hendak melobi sejumlah negara untuk mendukung proyek bahan bakar fosil.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan