Berakhirnya Fase ”Supercycle” Bisa Redam Inflasi
Fase normalisasi harga-harga komoditas global dari siklus super atau ”supercycle” yang telah berlangsung lebih dari 30 bulan dapat mengerek tren inflasi global untuk lebih melandai.
![Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (23/9/2021). Siklus superkomoditas atau <i>supercycle </i>diperkirakan berakhir September 2022. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan terjaga baik karena ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi dari hasil investasi akan meningkat.](https://cdn-assetd.kompas.id/naUuI60lVvDm9yMPKMVxPuoFNPM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F10%2F02f242b9-acbf-471b-8c77-c176b0ddc9b6_jpg.jpg)
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (23/9/2021). Siklus superkomoditas atau supercycle diperkirakan berakhir September 2022. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan terjaga baik karena ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi dari hasil investasi akan meningkat.
JAKARTA, KOMPAS — Berakhirnya fase siklus super atau supercycle komoditas dunia yang sebelumnya telah berlangsung selama 30 bulan akan berdampak pada melandainya tren inflasi global. Situasi ini diproyeksi membuat berbagai negara di dunia akan menahan tingkat kenaikan suku bunga hingga akhir tahun ini.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad dalam diskusi panel bertema ”Masa Depan Sektor Komoditas Usai Supercycle” dalam agenda Bisnis Indonesia Business Challenge 2024 di Jakarta, Kamis (23/11/2023).