Melaraskan Pertumbuhan dan Pengurangan Emisi
Negara berkembang seperti Indonesia yang baru mau melakukan upaya industrialisasi akan menghadapi tantangan lebih berat untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan ekonominya dengan ikhtiar mengurangi emisi.
![https://cdn-assetd.kompas.id/L3JmAVIXwX3RCn2zifywokyz71I=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F14%2F41920781-9b02-434c-8d1d-e77740d446cb_jpg.jpg](https://cdn-assetd.kompas.id/L3JmAVIXwX3RCn2zifywokyz71I=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F14%2F41920781-9b02-434c-8d1d-e77740d446cb_jpg.jpg)
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Merak, Cilegon, Banten, Senin (28/8/2023). PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) digugat ke Komisi Informasi Pusat untuk membuka data emisi yang dihasilkan oleh pengoperasian PLTU Suralaya di Cilegon dan PLTU Ombilin di Padang, Sumatera Barat, kepada publik.
JAKARTA, KOMPAS โ Pemerintahan mendatang menghadapi tantangan berat untuk mengejar dua target besar pembangunan ekonomi yang saling berseberangan, yakni menumbuhkan ekonomi di kisaran 6-7 persen sekaligus mengurangi emisi karbon menuju target emisi karbon netral. Dibutuhkan strategi kebijakan drastis untuk mengatasi โdilemaโ itu.