Suku Bunga Naik, Industri Manufaktur Waswas
Tingginya tingkat suku bunga pinjaman perbankan akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia turut mengurangi selera industri pengolahan atau manufaktur untuk menggenjot pembiayaan.
![Aktivitas produksi divisi garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/2/2019). Industri tekstil dan produk tekstil masih memiliki peluang luas di pasar dalam negeri ataupun ekspor, tetapi menghadapi tantangan efisiensi dan persaingan global.](https://cdn-assetd.kompas.id/qu9LYIxrEgMVOl7QaxeN_Z2oLNM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F02%2F15%2Fb8510dda-a250-4132-a852-651aeea6c4b4_jpg.jpg)
Aktivitas produksi divisi garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/2/2019). Industri tekstil dan produk tekstil masih memiliki peluang luas di pasar dalam negeri ataupun ekspor, tetapi menghadapi tantangan efisiensi dan persaingan global.
JAKARTA, KOMPAS β Dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) terhadap pelemahan daya beli membuat pelaku industri pengolahan waswas. Pengusaha perlu mengalkulasi ulang biaya produksi di tengah tingginya beban bunga pinjaman serta kenaikan harga bahan baku.
Pada akhir pekan lalu, BI menaikkan bunga acuan 25 basis poin ke 6 persen dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang melemah di tengah meningkatnya ketidakpastian global.